
NUNUKAN – Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Nasional (Pusdiklatnas) Gerakan Pramuka, mengapresiasi pelaksanaan Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar (KPD), yang dilaksanakan secara mandiri oleh Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Kalimantan Utara (Kaltara).
Seperti diketahui, sebanyak 29 Pembina Pramuka dari empat Kwartir Cabang (Kwarcab) di Kaltara mengikuti KPD yang diselenggarakan selama sepekan di Mess Yos Sudarso, Mako Lanal Nunukan.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kwarda Kaltara, melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Daerah (Pusdiklatda) mulai 8 – 14 Juli 2019. Pelatihan yang menghadirkan 1 orang pelatih nasional dan 5 orang pelatih daerah ini, dibuka oleh Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Nunukan H Trisno Hadi, yang mewakili Kwarda Kaltara.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Komandan Lanal Nunukan, Letkol Laut (P) M Machri Mokoagow, M Tr Hanla, Andalan Nasional (Sekretaris Komisi Kerjasama Luar Negeri) Muhammad Laiyin Bento yang juga Tim Pelatih Pusat Pendidikan dan Pelatihan Nasional (Pusdiklatnas) Gerakan Pramuka, Ketua Pusdiklatda Kaltara Ramli, serta jajaran pelatih serta peserta KPD.
Peserta yang mengikuti pelatihan ini, masing – masing 4 Pembina dari Kwarcab Bulungan dan Tarakan, 2 Pembina dari Kwarcab Malinau dan Kwarcab Nunukan, sebagai tuan rumah yang mengirimkan 19 pembina. Sedangkan pelatih daerah berasal dari Kwarcab Tarakan dan Nunukan.
Tim Pelatih Pusdiklatnas Muhammad Laiyin Bento mengatakan, pihaknya mengapresiasi karena ini KPD yang pertama, diselenggarakan oleh Kwartir Daerah. Ijazahnya dikeluarkan oleh Kwarda, pelatihnya semua berasal dari Kwarda.
Hal ini, lanjutnya, merupakan akselarasi yang bagus bagi Kwarda Kaltara yang usianya masih muda. Tahun lalu, yang pertama KPD di Tanjung Selor tapi program dari Kwartir Nasional. “Ini merupakan hal yang bagus, usia Kaltara yang masih muda namun bisa menyelenggarakan KPD secara mandiri,” ujarnya, Senin (8/7).
Kak Laiyin yang juga sebagai anggota Sub Commite Pramuka Asia Pasifik Bidang Anggota Dewasa ini menilai, karena ini KPD mandiri yang sumber pendanaan seluruhnya berasal secara swadaya dari peserta, spirit pesertanya pasti berbeda. Ada semangat untuk maju dan belajar, tidak menunggu program yang “gratis“ namun mau berkorban.
“Semoga terobosan ini dapat diikuti oleh Kwartir lainnya di Indonesia, karena aplikasi ini sangat membantu dan efisien. Di saat yang bersamaan, mungkin aplikasi ini bisa berkembang dan bisa dipusatkan di Kwartir Nasional. Saya berharap kepada peserta dan para pelatih, dapat menggerakan Kwarcab masing – masing,” ujar dia.